Selasa, 21 Februari 2012

CeriTa Hidupku

Aku dan Hidupkku

Lahir ditengah-tengah keluarga sederhana, seorang PNS dan perangkt desa. seorang ayah yang sungguh keras, pekerja keras, diktator tanpa senyum yang menghiasi wajahnya.
Setiap bangun hanya kerjaan yang diributkan, hanya pekerjaan yang diutamakan.
tanpa pernah tau bagaimana keadaan anak-anaknya,, sehatkah?? baikkah??

sejak kecil kami bertiga tak pernah mendapatkan sikap manja dari orang tua kami seperti kebanyakan orang, tidak pernah kami dibiarkan berpangku tangan leha-leha,,

apapun yang kami inginkan selalu kami dapatkan dengan kerja keras dan tidak akan hadir secara cuma-cuma,,
suatu ketika anaknya membutuhkan 1 pak buku tulis,, kami bersusah payah ngepel lantai, nyapu dll baru dibelikan buku,,belum lagi marah-marah.

kini aku tlah berkeluarga, masih hidup bersama mereka. dan belum juga berubah. kini suamiku kaget dengan keadaan ayahku yang seorang yang keras dan bak seorang kompeni.
tapi semua sudah terlanjur, semua sudah terjadi, semua harus dihadapi,,

"jika kau mencintai anaknya,, cintailah juga keluarganya, bagaimanapun keadaannya,,"

itulah kalimat yang pas pada situasi seperti saat ini. 

bagiku,, inilah ayahku,, mungkin beginilah cara dia memberikan kasih sayangnya bagi keluargaku,, yang pasti beliau tak pernah menjurumuskan anaknya, tak akan pernah melepaskan tangannya untuk anak-anaknya, keluarganya,, 

Senin, 20 Februari 2012

Franklin D Roosevelt Biography - Facts, Birthday, Life Story - Biography.com

Franklin D Roosevelt

Born Jan. 30, 1882, Hyde Park, N.Y, Franklin D. Roosevelt was striken with polio in 1921. He became the 32nd president in 1933, and was the only president to be elected 4 times. Roosevelt led the United States through the Great Depression and World War II, and greatly expanded the powers of the federal government through a series of programs and reforms known as the New Deal. He died in 1945.
CONTENTS

Synopsis
Early life
Early political activities
Paralysis to presidency
The first term
The second term
The third and fourth terms
Assessment
Cabinet of President Franklin D. Roosevelt
QUOTES

"There is nothing I love as much as a good fight."
– Franklin D Roosevelt

(born Jan. 30, 1882, Hyde Park, N.Y., U.S.—died April 12, 1945, Warm Springs, Ga.) 32nd president of the United States (1933–45). The only president elected to the office four times, Roosevelt led the United States through two of the greatest crises of the 20th century: the Great Depression and World War II. In so doing, he greatly expanded the powers of the federal government through a series of programs and reforms known as the New Deal, and he served as the principal architect of the successful effort to rid the world of German National Socialism and Japanese militarism. (For a discussion of the history and nature of the presidency, presidency of the United States of America.)
Early life

Roosevelt was the only child of James and Sara Delano Roosevelt. The family lived in unostentatious and genteel luxury, dividing its time between the family estate in the Hudson River Valley of New York state and European resorts. Young Roosevelt was educated privately at home until age 14, when he entered Groton Preparatory School in Groton, Mass. At Groton, as at home, he was reared to be a gentleman, assuming responsibility for those less fortunate and exercising Christian stewardship through public service.

In 1900 Roosevelt entered Harvard University, where he spent most of his time on extracurricular activities and a strenuous social life; his academic record was undistinguished. It was during his Harvard years that he fell under the spell of his fifth cousin, President Theodore Roosevelt, the progressive champion who advocated a vastly increased role for the government in the nation's economy. It was also during his Harvard years that he fell in love with Theodore Roosevelt's niece, Eleanor Roosevelt, who was then active in charitable work for the poor in New York City. The distant cousins became engaged during Roosevelt's final year at Harvard, and they were married on March 17, 1905. Eleanor Roosevelt would later open her husband's eyes to the deplorable state of the poor in New York's slums.

Roosevelt attended Columbia University Law School but was not much interested in his studies. After passing the New York bar exam, he went to work as a clerk for the distinguished Wall Street firm of Carter, Ledyard, and Milburn, but he displayed the same attitude of indifference toward the legal profession as he had toward his education.

Early political activities

Motivated by his cousin Theodore, who continued to urge young men of privileged backgrounds to enter public service, Roosevelt looked for an opportunity to launch a career in politics. That opportunity came in 1910, when Democratic Party leaders of Dutchess county, N.Y., persuaded him to undertake an apparently futile attempt to win a seat in the state senate. Roosevelt, whose branch of the family had always voted Democratic, hesitated only long enough to make sure his distinguished Republican Party relative would not speak against him. He campaigned strenuously and won the election. Not quite 29 when he took his seat in Albany, he quickly won statewide and even some national attention by leading a small group of Democratic insurgents who refused to support Billy Sheehan, the candidate for the United States Senate backed by Tammany Hall, the New York City Democratic organization. For three months Roosevelt helped hold the insurgents firm, and Tammany was forced to switch to another candidate.

In the New York Senate Roosevelt learned much of the give-and-take of politics, and he gradually abandoned his patrician airs and attitude of superiority. In the process, he came to champion the full program of progressive




Franklin D Roosevelt Biography - Facts, Birthday, Life Story - Biography.com

Mahadma Gandhi


Mohandas Karamchand Gandhi






Salah satu tokoh yang sungguh aku kagumi adalah "Mahatma Gandhi" tokoh yang mengajarkan apa itu Nasionalis, dan demokrasi,,
salah satu  Prinsip Gandhi, satyagraha, sering diterjemahkan sebagai "jalan yang benar" atau "jalan menuju kebenaran", telah menginspirasi berbagai generasi aktivis-aktivis demokrasi dan anti-rasisme seperti Martin Luther King, Jr. dan Nelson Mandela. Gandhi sering mengatakan kalau nilai-nilai ajarannya sangat sederhana, yang berdasarkan kepercayaan Hindu tradisional: kebenaran (satya), dan non-kekerasan (ahimsa).



Gandhi tidak pernah menerima Penghargaan Perdamaian Nobel, meski dia dinominasikan lima kali antara 1937 dan 1948. Beberapa dekade kemudian, hal ini disesali secara umum oleh pihak Komite Nobel. Ketika Dalai Lama dianugerahi Penghargaan Nobel pada 1989, ketua umum Komite mengatakan bahwa ini merupakan "sebuah bentuk mengenang Mahatma Gandhi".
Sepanjang hidupnya, aktivitas Gandhi telah menarik berbagai komentar dan opini. Misalnya, sebagai penduduk Kerajaan Britania,Winston Churchill pernah berkata "Menyedihkan...melihat Mr. Gandhi, seorang pengacara Kuil Tengah yang menghasut, sekarang tampil sebagai seorang fakir yang tipenya umum di Timur, menaiki tangga Istana Viceregal dengan badan setengah-telanjang." Begitu juga dengan Albert Einstein yang berkomentar berikut mengenai Gandhi: "(Mungkin) para generasi berikut akan sulit mempercayai bahwa ada orang seperti ini yang pernah hidup di dunia ini."
Karya Mahatma Gandhi tidak terlupakan oleh generasi berikutnya. Cucunya, Arun Gandhi dan Rajmohan Gandhi dan bahkan anak cucunya, Tushar Gandhi, adalah aktivis-aktivis sosio-politik yang terlibat dalam mempromosikan non-kekerasan di seluruh dunia.
Kata kebajikan yang dikenang Mahatma Gandhi:
Cinta tidak pernah meminta, ia sentiasa memberi, cinta membawa penderitaan, tetapi tidak pernah berdendam, tak pernah membalas dendam. Di mana ada cinta di situ ada kehidupan; manakala kebencian membawa kepada kemusnahan.
Jadilah kamu manusia yang pada kelahiranmu semua orang tertawa bahagia, tetapi hanya kamu sendiri yang menangis dan pada kematianmu semua orang menangis sedih, tetapi hanya kamu sendiri yang tersenyum.


http://en.wikipedia.org/wiki/Mohandas_Karamchand_Gandhi

Ari Lasso feat Ariel Tatum



Karena Aku Tlah Denganmu

Aku tak suka selalu saja
Kau sebut-sebut namanya saat kita bicara
Aku tak ingin, tak ingin mendengarnya
Kau bawa-bawa namanya saat berdua denganku
Maafkan aku membuatmu tak suka
Karena aku tlah denganmu
Bukan maksudku membuatmu berfikir
Apakah aku pelarianmu saja
Tak akan lagi, takkan terulang lagi ooh
Membawa-bawa namanya saat berdua denganmu
Maafkan aku membuatmu tak suka
Karena aku tlah denganmu
Bukan maksudku membuatmu berfikir
Apakah aku pelarianmu saja
Maafkan aku bila kau tak suka
Maafkan aku membuatmu tak suka, aku tlah denganmu
Bukan maksudku bukan maksudku membuatmu berfikir
Apakah aku pelarianmu saja